Cerita Paling Berkesan di Momen Lebaran

May 10, 2021

Lebaran sebentar lagi~

Ya memang benar, sekarang sudah memasuki hari ke-28 orang berpuasa. Itu berarti tinggal 1-2 hari lagi kita akan puasa di bulan ramadan dan 1-2 hari lagi kita akan berlebaran. Soalnya dengar-dengar hilal mungkin bisa terlihat pada 12 Mei 2021, itu artinya kita bisa saja lebaran pada hari itu. Eit bjar lebih afdol tunggu hasil sidang isbat aja.

Nah, setelah kita menjalani ibadah puasa di bulan suci ramadan maka tibalah saatnya kita merayakan hari kemenangan terutama yang telah menang melawan nafsu setan dari diri sendiri. Alhamduliah yah dan beri apresiasi untuk diri kita sendiri hehehh.

Lebaran memang menjadi salah satu momen yang dinantikan oleh seluruh umat muslim dunia. Setiap lebaran pasti memiliki cerita tersendiri bagi kalian kan. Termasuk saya sendiri yang memiliki cerita berkesan di waktu lebaran.

Baca Juga:

MENU MAKANAN FAVORIT SAAT SAHUR

RUTINITAS MENUNGGU BUKA PUASA

KUE SELAI DAN KACANG DISCO WAJIB ADA DI RUMAH SAAT LEBARAN, KUE LAINNYA TERSERAH!

THR

Lebaran memang salah satu momen paling saya suka karena ada THRnya. Bukan, ini bukan THR dari tempat kerja. Lebih tepatnya belum dan ssemoga saja saya sudah bisa mulai mendapatkan THR dari tempat kerja di lebaran tahun selanjutnya.

THR yang saya maksud adalah duit jajan yang diberikan keluarga atau kerabat. Biasanya sih kita dapatnya saat masih bocah. Ada aja yang ngasih duit entah itu tante, om, sepupu, nenek, kakek atau kenalan orang tua. Yah meskipun gak bisa dipastikan bisa dapat berapa di lebaran setiap tahunnya tapi selalu ada aja. Nominalnya sih macam-macam juga tapi kalo bocah mah kalo dapat duit THR kayak gitu meskipun dikit yang penting bisa dipake jajan udah senang banget apalagi kalo banyak. 

Namun, bertambahnya umur harus saya akui bahwa THR yang diperoleh dari keluarga atau kerabat perlahan-lahan mulai lenyap. Emang sih sasaran utamanya bocah. Lah saya udah tua dan seharusnya udah mulai ngasih uang THR sih ke bocah-bocah. Semoga nantinya sudah bisa bagi-bagi THR juga deh.

Lebaran saat Pandemi

Pandemi yang dimulai awal tahun 2020 tentu berdampak pada lebaran saat tahun 2020. 

Ada banyak hal yang berbeda dari lebaran tahun-tahun sebelumnya yang membuat lebaran di masa pandemi termasuk dalam salah satu momen lebaran yang paling berkesan. Saya yakin ada yang berpendapat hal yang sama dengan saya. Mulai dari dilarangnya mengadakan shalah tarawih berjamaah, mudik juga dilarang dengan dalih protokol kesehatan.

Tak ingin memperburuh suasana, saya dan keluarga memilih untu mengikuti anjuran, himbauan hingga larangan dalam menghadapi masa pandemi. Saya gak ikut salat tarawih berjamaah di masjid,  gak mudik, sampai shalat idul fitri pun saya dan keluarga lakukan di rumah.

Saat lebaran pula saya tidak keluar rumah dengan alasan menjalin silaturahmi yang biasa saya lakukan di tahun sebelumnya. Tamu yang datang ke rumah saat lebaran pun demikian. Tidak seperti sebelumnya. Selebihnya kami sekeluarga hanya tinggal di rumah.

Gak Lebaran

Saya perempuan sehingga akan memiliki masa dimana saya akan menstruasi. Lalu nyambungnya apa dengan lebaran yah? Gini, setelah saya ingat-ingat kalo saya sudah gak lebaran saat hari raya Idul Fitri karena mens maka biasanya saya juga akan mens saat waktunya lebaran nantinya di hari raya idul adha di tahun yang sama. Dan itu sudah terjadi beberapa kali.

Seingat saya sih memang begitu tapi yah gimana emang sudah kodratnya seperti itu sebagai perempuan untuk menjalani masa mens. Hanya saja saya merasa tidak merasakan lebaran ketika hal itu terjadi tapi yah mau bagaimana lagi.

Jauh dari Rumah

Tahun 2017 menjadi pengalaman yang benar-benar baru bagi saya. Saya akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studi S2 di Bogor. Akhirnya keputusan tersebut membuat saya harus menjalani lebaran jauh dari rumah dan sanak keluarga. Sendirian, yah memang itu yang saya rasakan. Pedih, kangen rumah tapi demi meniti masa depan yang cerah itu semua harus dilakukan.

Saya tidak bisa pulang karena waktu yangsangat mepet karena lebaran saat itu beradan diantara jadwal registrasi atau pendaftaran ulang mahasiswa baru dengan mulainya hari pertama kuliah. Terlebih lagi, akan sangat memakan biaya jika harus pulang untuk lebaran di rumas saat itu. Ongkosnya lumayan sangat gede yang lebih baik digunakan untuk kebutuhan primer seperti uang makan, biaya sehari-hari dsb.

Lebatran di tempat perantauan membuat saya menyadari bahwa akan ada saat dimana kita akan merayakan hari besar namun ada anggota keluarga yamg tak lagi berada di sisi kita. Perasaan sedih menyelimuti meskipun sudah mengobati perasaan tersebut dengan menelpon ataupun video calm dengan orang di rumah.

Tak ada kehebohan membuat kue lebaran,  masakan khas lebaran, kekacauan di pagi hari sebelum berangkat ke lokasi salat idul fitri. Tak ada cicip-cicip masakan khas yang dihidangkan saat lebaran karena saya sendiri gak akan sanggup memasak itu semua. Alhasil masak ala kadarnya dengan bantuan bumbu instan yang banyak dijual di warung terdekat kostan.

Deadline di Malam Takbiran

Dua tahun berikutnya, saya merasakan bahwa lebaran bukan hanya deadline untuk menghidangkan burasa (buras) yang menjadi makanan utama di keluarga saya saat lebaran. Oh iya, burasa merupakan beras yang dimasak dengan santan kemudian di bungkus dengan daun pisang lalu direbus kembali hingga beberapa lama. Lebaran bukan hanya deadline untuk memiliki baju lebaran yang identik dengan pakaian yang baru.

Saya ingat waktu itu saya harus menyelesaikan tugas laporan praktikum mata kuliah yang deadline malam itu juga harus beres dan dikirm melalui email. Saya harus segera menyelesaikan kemudian menuju ke pesawat karena saat itu saya sudah di bandara untuk pulang ke Makassar. Di luar dugaan tugasnya membutuhkan waktu lebih lama untuk diselesaikan hingga akhirnya sekitar saya sudah sepi. Saya mengirimkan laporan dan membereskan barangku kemudian buru-buru menuju boarding pass. Beruntung mash ada waktu sekitar 15 menit hingga pesawat berangkat. Huh~ leganya.

Lain lagi dengan malam takbiran yang satu ini. Saya saat itu harus menyelesaikan perbaikan proposal tugas akhir alias tesis yang konsul sore tadi dengan dosen pembimbing. Takut lupa dan segala macam akhirnya perbaikan berhasil saya kerjakan. Setelah itu saya harus berangkat ke Jakarta Timur menuju rumah tante untuk lebaran disana. Sayangnya ada banyak drama saat itu, entah karena efek puasa atau terlalu fokus hingga menguras banyak energi saat memperbaiki proposal. Efeknya saya malah salah naik ojol, hingga hampir pingsan di krl. Untungnya saya tetap bisa sampai dengan selamat. Alhamdulillah.

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah mengunjungi aindhae.com. Silahkan komentar dengan bijak. No spam please!
Link error? Tell me please.

PART OF