Bahasa yang Ingin Dikuasai, Mulai dari Bahasa Asing hingga Bahasa Daerah

April 27, 2021

Bahasa merupakan salah satu wadah agar kita dapat berkomunikasi dengan orang lain baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa menjadikan maksud dan tujuan kita tersampaikan kepada yang ditujukan. Bahasa bisa membuat kita berkomunikasi dengan siapapun bahkan di belahan dunia manapun.

Bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu bangsa kita dimana ada banyak yang menggunakan bahasa daerah. Begitu pula dengan Bahasa Inggris dan 5 bahasa lainnya yang ditetapkannya sebagai bahasa international agar bisa berkomunikasi antar negara di dunia. Oleh karena itu, saya tentu ingin menguasai beberapa bahasa yang akan saya tuliskan disini.

Baca Juga:

LAGU MOODBOOSTER GUE?

7 SUMBER KEBAHAGIAANKU

RENCANA 5 TAHUN KEDEPAN

Inggris

Bahasa Inggris merupakan bahasa international yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Keinginan ingi keliling penjuru dunia atauoun kuliah di luar negeri tentu saja membuat saya ingin menguasai Bahasa Inggris.

Meskipun saya sudah mempelajarinya sejak bangku sekolah dasar bahkan hingga kuliah belum menjadikan saya expert dalam Bahasa Inggris. Beberapa macam kursus Bahasa Inggris pun sudah saya ikuti. Hanya saja saya masih kurang menguasai vocabulary atau kosa kata yang menjadi salah satu alasan saya tidak jago juga.

Akhirnya saya memilih dengan cara saya sendiri yaitu banyak membaca tulisan yang berbahasa Inggris dan melatih menukiskan artikel dengan berbahasa Inggris meskipun masih cetek.

Jepang

Jepang menjadi negara pertama yang sangat ingin saya kunjungi meskipun saya juga sangat fanatik dengan Korea. Mungkin karena pengaruh kartun Jepang yang cukup banyak mempengaruhi ku saat kecil. Oleh karena itu, saya ingin menguasai Bahasa Jepang agar bisa berkeliling di Jepang dengan puasnya tanpa khawatir dengan Bahasa. Jepang memang negara maju tapi masih sangat menjungjung tinggi bahasanya sendiri, Bahasa Jepang.

Saya masih sangat awam dengan Bahasa Jepang. Yang saya tahu hanya beberapa kosakata yang sering muncul dalam kartun ataupun dorama Jepang seperti itadakimasu (selamat makan), arigatou gozhaimasta (terima kasih), ohaiyou (halo, salam), bakka (bodoh). Tak ada lagi selain itu.

Saya pernah mencoba memulai untuk menghafakan huruf Katakana dan Hiragana, huruf yang digunakan dalam penulisan Bahasa Jepang. Sayangnya hal itu belum berhasil sampai sekarang. Padahal saya sudah mencetak daftar huruf Katagana dan Hiragana tersebut di kertas dan menempelkannya di buju yang paling sering saya gunakan dan itu terjasi saat saya SMA. Lebih dari 10 tahun yang lalu. Wah, Time So Fat, ehm, So Fast i mean.

Saya pernah membaca bahwa Bahasa Jepang dan Bahasa Korea masih memiliki hubungan atau ikatan. Jika menguasai salah satunya maka akan lebih mudah menguasai yang lain. Ternyata saya memang harus menguasai Bahasa Jepang terlebih dahulu.

Korea

Bahasa yang saya ingin kuasai selanjutnya adalah Bahasa Korea. Siapa tahu, saya bisa membaca artikel Bahasa Korea dengan Hangul. Atau mungkin menonton drama korea dan variety show tanpa sub. Wah, makin gencar dunia fangirlingku kalo seperti itu. 

Ada beberapa alasan yang saya pikirkan mengapa saya harus menguasai Bahasa Korea. Pertama, agar bisa menikmati konten Korea tanpa sub atau penerjemah. Kedua, saya mungkin menjadikan Korea sebagai negara tujuan untuk melanjutkan studi S3. Ketiga, sekedar liburan. Keempat, alasan yang mungkin kurang akurat atauoun kurang kuat tapi saya ingin mendapatkan pekerjaan yang berhubungan dengan lembaga resmi Korea, seperti KCC, Kedutaan Besar Korea, Korea Foundation dsb.

Saya sudah bisa membaca dan tahu cara menggunakan Hangul, huruf yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Korea. Namun itu belum cukup. Katanya Bahasa Korea cukup sulit. 

Belajar Bahasa Korea bermula saat SMA saat saya masih baru menjadi Kpopers dan tertarik dengan menuliskan nama bias utama dan grup idol favorit dalam bentuk Hangul. Donghae dalam tulisan hangul yang berarti 동해 menjadi kosakata pertama yang saya hafalkan meskipun terkadang masih menuliskan secara terbalik. Kemudian mulai menghafalkan nama korea member SUPER JUNIOR lainnya dalam bentuk Hangul.

Rasa penasaran saya tidak berhenti disitu. Saya ingin bisa menghafal huruf Hangul dan bisa membaca. Hal itu cukup ampuh sebagai motivasi dan akhirnya bisa membaca meskipun terbata-bata dan masih banyak kesalahan. Saat itu pun saya masih SMA. Wajar saja, saya belajar secara otodidak saat itu. Setelah itu, saya tidak belajar Bahasa Korea lagi karena lebih fokus saat SMA hingga lulus kuliah.

Kesempatan emas akhirnya datang di tahun 2017. Salah seorang teman saya yang juga penyuka Korea mengabarkan kalo saya bisa mengikuti kursus Bahasa Korea gratis selama sebulan dengan memanfaatkan promo telkomsel. Promo ini serupa dengan jenis promo dunkin donuts yang sering diterima pelanggan telkomsel.

Saya tidak menyiakan kesempatan tersebut dengan langsung mendaftar program tersebut dengan teman saya yang lebih dulu mendaftar. Nama lembaga kursusnya bernama WLA yang berlokasi di Mall Ratulangi. Kudengar WLA tidak lagi beroperasi. Bangkrut menjadi lasan yang kupikirkan saat itu meskipun saya tidak tahu jelas mengapa. 

Rumah saya di Sudiang menuju Mall Ratulangi bukanlah jarak yang dekat. Seakan rasanya saya menempuh jarak Bogor dan Jakarta. Bedanya kalo di naik krl gak pake macet tap naik pete-pete yang doyan ngetem alias singgah-singgah. Pete-pete merupakan angkutan umum kota di Makassar dan wilayah lainnya di Sulawesi Selatan.

Perhuangan memang tidak menghianati hasil. Meskipun saya tidak mencukupi waktu sebulan untuk kursus karena harus segera berangkat ke Bogor untuk melanjutkan stusi S2. Namun, hasilnya saya sudah lebih lancar dari sebelumnya membaca hangul. Bahkan saat karaoke sendiri di rumah menyanyikan lagu Korea saya lebih suka membaca lirik Hangulnya. Selain itu, saya juga sempat mempelajari tentang struktur dan penggunaannya walau hanya sedikit.

Kukiah di Bogor menjadi kesempatan saya untuk belajar Bahasa Korea di lembaga resminya dan labih murah tentunya yaitu di KCC. Sayangnya, karena alasan waktu dan kesibukan saya belum pernah menjadi siswa di KCC hingga akhirnya saya pulang ke Makassar. Mungkin saya harus segera kembali ke Jakarta agar bisa kursus Bahasa Korea ataupun mencari opsi lain. Huhh~

Bugis

Bahasa Bugis memang bukan bahasa international tapi bahasa daerah. Saya akui sebagai wanita berdarah bugis saya tidak terlalu menguasai Bahasa Bugis meskipun masih bisa mengerti beberapa kosakata atau percapakan.

Hal ini memang menjadi kesalahan saya saat kecil yang berpendirian bahwa bahasa daerah itu tidak penting, saya hanya perlu menguasai Bahasa Indonesia dan Bahasa Internasional terutama Bahasa Inggris. Itu tidak patut dicontoh yah! karena kita harus melestarikan bahasa daerah kepada anak cucu kita nanti untuk bisa memahami nilai budaya dan historis di dalamnya. 

Saya cukup menyesali hal tersebut karena saat saya ingin mempelejari tentang kebudayaan dan nenek dari nenek saya, sebut saja leluhur sedangkan untuk informasi tertukisnya tersedia dalam bahasa bugis dengan huruf lontara.

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih telah mengunjungi aindhae.com. Silahkan komentar dengan bijak. No spam please!
Link error? Tell me please.

ARSIP

PART OF